Kamis, 06 September 2012

Belajar Dari Anak


Pembiasaan adalah disiplin yang selayaknya diberikan pada anak-anak usia dini/sekolah dasar. Karena jika tidak, sulit untuk mendisiplinkan mereka jika sudah remaja/dewasa.
Saat maghrib adalah saat yang aku nanti setiap hari. Karena pada saat itulah aku bisa berkumpul bersama anak-anakku setelah seharian menunaikan tugas dan kewajiban di luar rumah. Seusai shalat maghrib hanya aku dan anak-anakku akan belajar bersama. Namun sebelum itu, aku akan mengaji terlebih dahulu. Setelah aku mengaji beberapa ayat, baru aku dan anak-anakku akan mengaji hafalan surat-surat pendek bersama. Kebiasaan adik yang terbaru sebulan ini adalah duduk di pangkuanku ketika aku sedang membaca Alquran. Dan ia meminta jarinya dipegang oleh jariku untuk menunjukkan huruf-huruf yang sedang aku baca.
 Beberapa minggu lalu, ketika aku sakit flu, seusai shalat magrib aku tidak kuat untuk membaca Alquran. Maka akupun langsung bangkit berdiri hendak membereskan peralatan sholat. Rupanya adik meskipun sedang bermain dengan kakaknya  memperhatikanku. Lalu ia bertanya:
Ibu ga baca Quran?  
Kepala ibu pusing, nak, ibu kena flu.
Kalau gitu adik aja yang baca Alquran.
Pelajaran pertama jangan pernah memanjakan sakit.

Setelah selesai membaca surat-surat pendek, biasanya aku akan menanyakan kepada mereka 4 hal: bagaimana sholatnya hari itu, perbuatan baik atau buruk apa yang dilakukan dan tentang sabar. Sang kakak yang berusia 9 tahun, alhamdulillah sudah lebih dari satu tahun ini kakak terbiasa rutin melaksanakan sholat 5 waktu. Namun adik yang berusia 5 tahun baru 1 waktu saja yang dilakukan. Aku mengajarkannya secara bertahap seperti ketika aku mengajarkan pada kakaknya. Setiap kali aku menanyakan perbuatan baik apa yang mereka lakukan hari itu, maka anak-anakku akan berlomba-lomba ’menghitungnya’. Biarlah namanya juga anak-anak. Dan setiap hari ada saja perbuatan-perbuatan kecil yang membuat mereka bangga untuk melakukannya.
Suatu hari kakak menceritakan kebaikan yang ia lakukan di sekolah.
Bu hari ini kakak ga jajan.
Kenapa? Kakak lapar dong, kan tadi ga bawa bekel makanan?
Iya. Tapi tadi kasihan ada kakek-kakek minta sedekah. Uang kakak yang tiga ribu kakak kasihkan sama kakek-kakek itu. Yang seribu lagi untuk bayar uang kas.
Subhanallah.
Pelajaran kedua: jangan menghitung untung rugi dalam berbuat kebaikan.
 Yang ini ketika anak keduaku berusia 4 tahun, setahun lalu. Suatu sore aku bertanya bagaimana kalau adik belajar untuk naik sepeda beroda dua. Dia setuju. Akhirnya dua roda kecilnya dicopot dan di akhir sore itu adik belajar naik sepeda roda dua sambil terus kupegangi. Esoknya, pagi-pagi sekali sekitar pukul 6 pagi, adik sudah bangun dan langsung mengambil sepeda roda duanya. Ia minta aku menemaninya untuk belajar naik sepeda roda dua. Sekali, dua kali, tiga kali, empat kali, adik terjatuh. Begitu berulang-ulang. Waktupun menunjukkan hampir pukul 9 pagi. Aku yang menemaninya belajar merasa kelelahan, tapi adik terlihat begitu semangat untuk bisa naik sepeda roda dua.
Udah dulu ya, nanti sore kita lanjutkan lagi.
Engga, adik masih mau belajar!
(duh, nguji kesabaranku nih…)
Ok, dua kali lagi abis itu udah ya.
Tiga kali!
Iya iya…
Satu kali masih terjatuh, kedua kalinya sama.
Dan apa yang terjadi ketiga kalinya, adik berhasil melaju dengan sepeda roda duanya sendirian!
Alhamdulillah!
Yes! adik berhasil ibuuuuu!
Hanya dalam waktu hitungan jam, adik bisa naik sepeda roda dua. Bandingkan dengan kakaknya ketika berusia 5 tahun, yang baru bisa naik sepeda roda dua setelah empat hari jatuh bangun.
Pelajaran ketiga: jangan pernah menyerah dan jangan pernah menunda-nunda pekerjaan.
 Metode pengajaran seperti yang diajarkan dalam Quran, memang efektif dalam pembentukan karakter anak. Kata seorang penulis, Al Quran is one step ahead of science.  Semua ilmu pengetahuan bersumber pada kitab Suci Al Quran. Manusia hanya menemukan. Melalui diskusi dan tanya jawab tentang 4 hal di atas, setidaknya anak-anak jadi dibiasakan mengetahui apa yang baik dan apa yang buruk, serta mengajarkan makna sabar secara perlahan…semoga

Asesmen

Asesmen (dari buku Teaching With Multiple Intelligences by Julia Jasmine, M.A.)


Bisakah Kecerdasan Dinilai?
Kita tahu bahwa kecerdasan linguistik dan logis matematis dapat dinilai karena kita sering melakukannya. Semua tes standar menilai kalau tidak melalui bahasa – secara lisan atau tertulis – atau melalui angka-angka matematis yang digabungkan dengan bahasa.
Bisakah kecerdasan lain yang diidentifikasi oleh Howard Gardner-visual, kinestetik, musikal, interpersonal dan intrapersonal-dinilai? Dan, jika ya, bagaimana bisa dilakukan tanpa memfilter asesmen melalui bahasa, logis dan matematis? Dalam catatan Project Spectrum, Gardner berbicara entang asesmen yang bersifat adil. Asesmen yang mempertimbangkan kecerdasan lain yaitu bisa menilai secara langsung dan tidak melalui media kecerdasan lain (Gardner, 1993). Gardner menyarankan siswa diberi objek konkrit untuk menggerakkan semua domain. Dia menyebutkan menggunakan bel dimana anak-anak dapat bermain pola musikal untuk menilai kecerdasan musikal dan menggunakan gambar-gambar kecil yang menggambarkan guru serta teman sekelas guna menilai pengetahuan siswa tentang dinamika sosial (kecerdasan iterpersonal).


Instrumen Apa yang Bisa Digunakan?
Instrumen tes serta prosedur apa yang kita miliki sekarang yang bisa menilai kecerdasan secara adil? Kebanyakan teknik asesmen alternatif bisa disesuaikan untuk tujuan ini.
Kritik mengenai metode asesmen alternatif dikatakan asesmen tersebut tidak dapat dipercaya. Asesmen yang dapat dapat dipercaya didefinisikan sebagai asesmen yang konsisten, siapapun yang menskornya. Hal ini benar untuk tes norma, tes yang diujikan pada perwakilan populasi dan distandardisasi untuk menghasilkan persentase, kesetaraan tingkat dan nilai bersifat huruf-yang semuanya digunakan untuk tujuan perbandingan.


Asesmen alternatif tidak objektif. Bahkan, bersifat subjektif. Ia menggunakan instrumen seperti pengamatan dibuktikan dengan ceklist dan catatan anekdot serta portofolio dengan rubrik dan refleksi. Tidak bersifat pasti. Aplikasinya bisa bervariasi dari satu tempat dengan tempat lain, sekolah satu dengan sekolah lain, guru dengan guru, dan siswa dengan siswa lainnya. Merupakan alat untuk mengukur performance siswa secara terus menerus.


Macam-macam pengamatan yang dirinci oleh Gardner dalam catatan Project Spectrumnya kebanyakan terdiri atas berbagai macam pengamatan yang diringkas oleh tim peneliti di akhir tahun. Anak-anak dilibatkan dalam dalam proyek asesmen ini, dengan demikian bagian dari proses ini dirancang untuk mengidentifikasi kecerdasan. Masih, tujuan lain adalah untuk membuat rekomendasi berdasarkan pada asesmen tentang langkah-langkah yang harus diambil baik di sekolah maupun di rumah, suatu kepedulian Gardner yang dirasa telah lama diabaikan.


Aplikasi Di Kelas


Meskipun Gardner merekomendasikan dan melakukan penelitian mengenai asesmen kecerdasan, ia melihat prosesnya dari sudut pandang seorang psikolog. Terserah pada pendidik untuk mengambil informasi ini dan mengaplikasikannya secara konsisten dengan apa yang sebenarnya terjadi di sekolah. Guru menyadari tanggungjawab baik kepada administrator dan orang tua maupun masyarakat. Jadi, alat apa yang saat ini ada, dan bagaimana guru bisa menggunakannya untuk untuk menilai ketujuh kecerdasan dan memenuhi tanggung jawab profesionalnya? Mari kita lihat instrumen yang disebutkan di atas- pengamatan diverifikasi oleh ceklist dan catatan anekdot, serta portofolio dengan rubrik dan refleksi- tapi pertama sekilas kita lihat diagnosis.


Diagnosis


Observasi
Pengamatan di kelas terdengar lebih mudah. Setiap orang dengan beberapa pengalaman dan empati bisa mengamati sekeliling kelas dan melihat apa yang terjadi, tapi agar bisa digunakan sebagai alat asesmen, pengamatan harus terstruktur, didokumentasikan dan diulang pada jarak waktu yang tertentu.


Pengamatan dapat diatur dengan cara dihubungkan pada aktifitas tertentu. Misalnya, anda mungkin ingin memutuskan secara formal mengamati kelompok kooperatif anda untuk menentukan tingkat performance mereka dalam area kecerdasan interpersonal. Setelah memikirkan ini, anda akan merancang ceklis yang mudah digunakan mewakili tujuan-tujuan yang ingin dicapai kelompok.


Anda kemudian akan mendokumentasikan pengamatan anda dengan menggunakan ceklist yang dirancang dan mengulang proses ini sebulan sekali, semester satu kali atau kapan saja jarak waktu yang tepat bagi anda. Proses ini akan memberikan catatan kemajuan yang konsisten sepanjang waktu tertentu.


Ceklist
Ceklis yang disebutkan di atas tidak semudah kedengarannya. Ceklis merupakan sejumlah daftar yang harus dicek oleh guru.

Refleksi (Curhat Murid)

- Silahkan Tuliskan Nama dan Kelas Pada komentar Refleksi kalian.
- Refleksi dengan Penggunaan kalimat yang kurang berkenan tidak akan di tampilkan
- Hasil Refleksi tidak berhubungan dengan nilai kalian
- berikan masukan, komentar, kritik dan saran kalian terhadap pengajaran Saya supaya di kemudian hari    Saya bisa menjadi lebih baik lagi.
- Tetap semangat dan jangan sungkan atau malu bila ada pertanyaan tentang materi yang kurang faham





NB : untuk Pertanyaan bisa hubungi saya di kantor... Terima kasih  *\(^_^)/*


Tips Belajar Biologi Dengan Mudah


Oleh : Mahfud
Guru Biologi SMP YPPI – 2 Surabaya

1. RASIONAL
Pada umumnya, para siswa mengangggap pelajaran Biologi hanya “sebelah mata” saja. Mengapa demikian ? Sebab menurut alasan mereka, asal sering dibaca dan mendengarkan guru pada saat menerangkan di kelas, so pasti beres. Kemudian otomatis nilai Biologipun menjadi bagus. Betulkah demikian ? Sesederhana itukah cara belajar Biologi itu ? Untuk menjawab tidak,rasanya bagi siswa yang pandai faktanya memang benar, namun untuk menjawab ya, bagi siswa yang lain yang jumlahnya justru lebih banyak, ternyata hasilnya kurang bagus, kalau tidak mau dikatakan jelek(Mahfud, 2007 : 6). Lalu timbul pertanyaan, bagaimana cara mempelajari Biologi yang dapat diikuti oleh semua siswa dengan mudah ? Untuk dapat menjawab pertanyaan di atas memang tidak semudah membalik telapak tangan namun diperlukan “cara jitu” untuk dapat belajar Biologi dengan mudah.

2. TIPS BELAJAR BIOLOGI
Untuk dapat belajar Biologi dengan mudah, pertama  tama yang harus dilakukan, antara lain adalah :
a. Menumbuhkan Rasa Senang Terhadap Biologi
Cara termudah untuk menumbuhkan rasa senang terhadap Biologi adalah dengan menganggap buku Biologi sebagai buku bacaan yang menyenangkan, misalnya seperti buku cerita Harry Potter atau komik Crayon Sincan, sehingga kemana-mana selalu dibawa dan setiap ada waktu luang dapat dibaca. Disamping itu, untuk menumbuhkan rasa senang terhadap Biologi dapat pula dengan cara mengambil sesuatu yang menarik dari Biologi guna diperkenalkan kepada masyarakat.Misalnya mengambil gambarviruspenyebab penyakit AIDS, yaitu HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang diperbesar dan disablonkan pada T-Shirt atau mengadakan penelitian di alam terbuka, praktikum di laboratorium dan sebagainya

b. Secepat Mungkin Menyelesaikan Kesulitan
Bila kita sudah mulai senang dengan pelajaran Biologi, maka secara otomatis kita ingin mendalami Biologi. Namun tidak jarang pada saat kita membaca buku – buku Biologi tersebut terganggu dengan istilah – istilah yang kita belum mengenal atau pengertian – pengertian yang membingungkan. Jika menemukan hal yang demikian, maka segera saja menanyakan jawabannya kepada bapak dan ibu guru Biologi atau kita dapat mencari jawabannya pada kamus Biologi. Sebab bila kesulitan – kesulitan tersebut dibiarkan sampai berlarut – larut maka motivasi kita dalam belajar Biologi akan menurun. Bila hal ini terjadi, maka kita akan menganggap pelajaran Biologi itu sulit.

c. Membaca Secara Keseluruhan (Tuntas)
Bila saat ini kita akan menghadapi ujian, baik UTS maupun UAS maka segera siapkan buku catatan dan buku paket, lalu mulailah membaca bab – bab yang akan diujikan. Bab – bab yang sudah dibaca diberi tanda sehingga seluruh bab yang diujikan sudah terbaca. Pada tahap ini mungkin kita hanya dapat menyerap isinya antara 60 – 70 % atau mungkin di bawah itu, walaupun pernah diajarkan. Namun hal itu tidak menjadi masalah, sebab kita sudah mengetahui secara keseluruhan materi yang harus kita kuasai.

d. Pendalaman Masing – Masing Bab
Untuk dapat mendalami masing – masing bab dalam Biologi, ternyata tiap – tiap bab mempunyai karakteristik tersendiri cara pendalamannya. Contoh bab yang membahas Genetika (Pewarisan Sifat), pendalaman yang tepat adalah dengan cara sering mengerjakan latihan soal – soal, sebab didalamnya banyak dasar – dasar Matematika yang digunakan.Untuk bab – bab yang menekankan segi hafalan dan banyak menggunakan nama – nama latin, pendalaman yang pas adalah dengan mencoba menuliskan kembali nama – nama latin tersebut secara berulang – ulang sampai benar – benar hafal. Sedang untuk bab – bab yang menekankan proses dan letak, misalnya anatomi dan fisiologi (struktur dan fungsi) tubuh manusia, pendalaman yang paling mudah adalah dengan membuat “main mapping” atau bagan (sketsa) boleh juga gambar yang memudahkan proses dan letak sesuatu bab tersebut. Sebab dengan sekali melihat “main mapping” atau bagan (sketsa) atau juga melihat gambar dapat melebihi seribu kata – kata sebagai penjelasan.

e. Menghubungkan antara Bab Satu dengan Bab yang lain dan dengan disiplinilmu yang lain.
Setelah kita mendalami masing – masing bab, maka selanjutnya menghubungkan antara bab satu dengan bab lain yang saling berkaitan. Sebab ada bab yang menjadi prasyarat bab yang lain.Contohnya, kita akan kesulitan belajar Bioteknologi bila sebelumnya kita belum belajar Genetika (Pewarisan Sifat), Biologi Sel, Kimia,Reproduksi, sebab ilmu –ilmu tersebut mendasari untuk belajar Bioteknologi. Disamping itu, perlu juga dihubungkan dengan disiplin ilmu yang lain, misalnya untuk dapat belajar Evolusi dengan baik, maka kita harus belajar Sejarah, Geologi, danAnthropologi begitu seterusnya sehingga bab yang telah kita pelajari terdahulu tidak mudah lupa. Selain itu juga meyakinkan kita bahwa belajar Biologi mempunyai makna yang sangat luas.

f. Membuat “Jembatan Keledai” dan “Main Mapping”
Otak kita ibarat mesin perekam yang mempunyai “keterbatasan”. Oleh sebab itu, bila terlalu banyak informasi yang masuk, apalagi tidak teratur, maka jika sewaktu – waktu kita ingin “memanggil” akhirnya akan kesulitan. Untuk menghindari hal tersebut, maka informasi yang kita peroleh dari membaca harus kita atur sedemikian rupa sehingga memudahkan kita mengingat. Caranya dapat dengan membuat “jembatan keledai”, contoh untuk mengingat persebaran hewan Indonesia bagian tengah (garis Alfred Russel Wallacea), yaitu Komodo, Tapir, Babirusa, dan Anoadapat dibantu dengan kalimat Kota Barua”. Contoh lain, misalnya untuk mengingat tahap – tahap pembelahan sel secara Meiosis khususnya pada tahap Profase I adalahLeptoten, Zygoten, Pakiten, Diploten, dan Diakinesis dapat dibantu dengan kalimat “ Lezy Pak Didik “ begitu dan seterusnya. Cara membuat “jembatan keledai “ ini terserah kita yang penting apa yang harus kita ingat itu dapat segera dimunculkan kembali.

Disamping membuat “jembatan keledai” masih ada lagi cara membuat kita mudah ingat, yaitu dengan cara membuat “main mapping” atau peta pikiran alias peta konsep. Agar dapat membuat “main mapping” dengan baik, pada saat membaca harus dapat membedakan mana yang termasuk bagian inti (ide pokok) dan yang manabagian pelengkap (fakta pendukung). Bila kita sudah mahir membedakan dua hal tersebut, maka kita akan mudah membuat “main mapping” (peta konsep). Dengan cara kita membuat “main mapping” ini, masalah yang sulit dapat dibuat mudah dan materi yang banyak dapat dibuat menjadi sedikit. Dengan demikian otak kita menjadi lebih mudah mengingat

3. PENUTUP
Tips belajar Biologi di atas baru bermanfaat manakala kita laksanakan dengan kesungguhan hati disertai niat dan motivasi tinggi, penuh konsentrasi, dilakukan secara teratur (kontinyu) dan harus sering diulang. Jika cara – cara di atas kita laksanakan sebaik–baiknya,maka kita akan tercengang melihat hasilnya. 
Selamat mencoba dan semoga berhasil. (mahfudyppi@yahoo.com).

Rabu, 05 September 2012